Senin, 11 Mei 2015

budidaya Tanam Selada

Selada

?Selada
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
L. sativa
Lactuca sativa
L.
Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad. Produksi selada dunia diperkirakan sekitar 3 juta ton,yang ditanam pada lebih dari 300.000 ha lahan.

Asal dan domestikasi
Lactuca sativa, satu-satunya jenis Lactuca yang didomestikasi, merupakan tumbuhan asli lembah dari bagian timur Laut Tengah. Bukti lukisan pada pemakaman Mesir kuno menunjukkan bahwa selada yang tidak membentuk "kepala" telah ditanam sejak 4500 SM. Awalnya, tanaman ini mungkn digunakan sebagai obat, dan untuk minyak-bijinya yang dapat dimakan. Beberapa ras lokal selada, diketahui digunakan untuk diambil minyak-bijinya. Tipe selada liar sering memiliki daun dan batang yang berduri, tidak membentuk kepala dan daunnya berasa pahit, serta mengandung banyak getah.
Pemuliaan tanaman ini mungkin ditekankan untuk memperoleh tanaman yang tidak berduri, lambat berbunga, berbiji besar dan tidak menyebar, tidak bergetah, dan tidak pahit. Aspek lain meliputi tunas liar lebih sedikit, daun lebar dan besar, dan membentuk kepala. Selada yang membentuk kepala adalah tanaman yang dibudidayakan agak lebih kini, yang pertama kali dinamakan sebagai "selada kubis" pada tahun 1543.
Kelompok budidaya
Ada empat kelompok budidaya selada:
capitata, selada kepala renyah (crisphead, iceberg) dan kepala mentega (butterhead)
longifolia, selada cos (romaine)
crispa, selada daun longgar
asparagina, selada batang


Selada kepala renyah
Setelah perkembangan roset awal, daun selanjutnya mulai tumbuh bertumpang-tindih, dan akhirnya memerangkap daun yang baru terbentuk. Terus berkembangnya daun yang terperangkap meningkatkan kepadatan kepala; kepala biasanya berbentuk hampir bulat. Kepala dapat menjadi sangat keras, dan dengan makin besar, kepala ini dapat pecah. Daun yang terlalu matang menjadi berasa pahit. Daun-daun bagian dalam yang terlipat ketat menjadi kasar(rugose), getas dan renyah. Daun terluar biasanya berwarna hijau tua, makin ke dalam warnanya makin muda. Ketika dipanen, tanaman di lapangan biasanya berbobot antara 700 dan 1000 g. Selada produksi rumah kaca umumnya jauh lebih kecil. Daya simpan dan keterangkutan yang baik adalah sifat penting yang dimiliki selada kepala renyah
Selada kepala mentega
Kultivar kepala mentega, kadang-kadang disebut selada kubis, lebih banyak ditanam. Kultivar ini lebih disukai konsumen karena aroma dan daunnya yang lembut. Tanaman kultivar ini lebih kecil, agak lebih gepeng dan menghasilkan kepala yang kurang padat ketimbang tipe kepala renyah. Daunnya lebar, berlipat dan lembut, dengan tekstur berminyak lunak. Ada dua tipe utama kultivar ini yang diproduksi, yaitu tipe hari-netral dengan kepala yang agak padat dan tipe hari-pendek, menghasilkan kepala kecil dan kurang padat,dan umumnya ditanam dalam naungan pelindung. Kedua tipe ini mudah tergores sehingga karakteristik keterangkutan dan daya simpannya tidak baik. Kultivar tipe Batavia memilki sifat pertengahan antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega. Kultivar ini ditanam baik di lapangan maupun dalam bangunan pelindung.
Selada cos
Kultivar cos,juga disebut sebagai romaine, memiliki daun memanjang, kasar, dan bertekstur renyah, dengan tulang daun tengah lebar dan jelas. Daun panjangnya yang agak sempit cenderung tumbuh tegak dan secara longgar bertumpang-tindih satu sama lain, serta tidak membentuk kepala. Sifat pascapanennya sama dengan tipe kepala renyah.
Selada daun longgar
Kultivar daun longgar sangat beragam ukuran, sembir, warna, dan tekstur daunnya. Setiap kultivar memiliki daun yang berkembang dalam kelompok roset yang ketat. Sebagian memiliki daun lembut dan renyah, sebagian berdaun halus, sementara yang lainnya di antara keduanya. Penanganan pascapanen selada jenis ini harus lebih hati-hati karena kelembutan daunnya, umur simpannya agak pendek, walaupun lebih baik daripada tipe kepala mentega, bahkan dengan pendinginan dan penanganan yang baik sekalipun.
Nilai gizi dan manfaat
Selada mempunyai kandungan mineral, termasuk iodium, fosfor, besi, tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan, dan potasium, sehingga selada mempunyai khasiat terbaik dalam menjaga keseimbangan tubuh. Kulit luar yang hijau adalah yang paling baik. Dimasak perlahan-lahan selama 15 menit merupakan obat penderita insomnia.
Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral. Jika tanah asam, daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman.
 Pencegahan penyakit dan persemaian.
Penyakit utama penyebab kegagalan panen pada tanaman selada adalah bengkak akar. Untuk mencegah atau mengendalikan penyakit tersebut dapat dilakukan sejak dini, yaitu dengan menggunakan ABG-BIO (pengendalian secara biologis) pada persemaian. Caranya: Aktifkan (1–2) bungkus ABG-BIO dengan (10–20) kg media semai (tanah dan pupuk kandang, dengan perbandingan 3:1 sampai 1:1), kemudian siram dengan air hingga lembab, simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2-3) hari, kemudian sebar secara merata bersamaan dengan pupuk dasar. Atau larutkan 1 bungkus ABG-BIO + 0,5 kg dedak + 2 tutup ABG-D, dalam 10 liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2–4) jam. Kemudian siramkan pada media persemaian sekitar (1–2) hari sebelum penebaran benih. Untuk mengurangi kematian dan menghindari stress, benih sebaiknya disemaikan dalam kokeran dari daun pisang berisi sekitar (50–75) gram media tanam. Pindah tanam dilakukan setelah bibit berumur sekitar 30 hari, ditanam 1 bibit/lubang tanam.

Benih Selada diperbanyak dengan biji. Bijinya yang kecil diperoleh dari tanaman yang dibiarkan berbunga dan bertiuah. Setelah tua tanaman dipetik dan diambil bijinya. Namun, sekarang benih selada banyak dijual di toko pertanian. Khusus untuk benih selada hibrida lebih baik dibeli di toko. Hal ini bertujuan agar produksi dan mutu produksinya tetap prima. Untuk satu hektar lahan dibutuhkan sekitar 250 g benih. Umumnya benih selada disemai terlebih dahulu: Penanaman langsung dapat saja dilakukan, namun lebih baik kalau disemaikan lebih dahulu. Penyemaian dapat dilakukan di dalam kotak ataupun di lahan. Bila di lahan lakukan pengolahan tanah hingga gembur. Tambahkan pasir dan pupuk kandang. Taburkan bibit secara merata. Lalu tutupi dengan lapisan tanah tipis-tipis. Setelah berumur sekitar 3 minggu bibit siap dipindahkan ke lahan. Penanaman Tanah yang hendak ditanami diolah dahulu. Tanah dicangkul sedalam 20 cm. Balu-batu kecil maupun besar dikeluarkan dari lahan. tanah yang mengeras atau berbungkah dihaluskan. Ini penting karena perakaran tanaman selada yang kecil dan dangkal sulit menembus lapisan tanah yang keras. Selada ditanam dalam bedengan-bedengan. Lebar bedengan 1-1,2 m dengan tinggi permukaan tanah sekitar 20 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan
kondisi lahan. Antarbedengan dibuat parit kecil tempat mengatur kelebihan atau kekurangan air. Sedang jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 25 cm.

Pemeliharaan Ketika tanaman berumur 2 minggu sudah harus dilakukan penyiangan. Hal ini karena perakaran selada dangkal sehingga kurang mampu bersaing dengan tanaman lain dalam menyerap hara. Penyiangan juga berfungsi untuk menekan serangan hama-penyakit. Interval pengerjaannya adalah seminggu sekali. Pengairan pada tanaman selada patut mendapat perhatian. Apalagi di dataran rendah di mana udara lebih panas dan sering kekurangan air. Kebutuhan air mutlak dipenuhi pada awal pcnanaman, saat penyiangan pertama (umur 2 minggu), dan ketika tanaman berumur sebulan. Bila hujan tidak turun, lakukan penyiraman dengan gcmbor atau melewatkan air melalui parit pengairan. Jaga pula agar parit pengairan mampu melewatkan kelebihan air di saat turun hujan lebat. Pemupukan Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman selada adalah 10 ton/ha. Pupuk ini dicampurkan di permukaan areal tanam. Selain pvpuk kandang, tambahkan juga pupuk kimia terutama Urea. Dosis yang dibcrikan ialah Urea 200 kg, TSP 100 kg, dan KCI 100 kg ger hektar. Pupuk diberikan dalam aluran di kiri-kanan tanaman. Pemberiannya dilakukan saat penanaman.



Busuk akar
Busuk akar adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh patogen jamur yang menyerang bagian akar sehingga akar-akar tanaman membusuk.[1] Gejala penyakit busuk akar adalah menguningnya daun, sampai kelayuan yang diikuti kematian mendadak.[1] Penyebaran busuk akar dapat melalui penyiraman dengan air yang membawa patogen.[1] Patogen penyebab busuk akar antara lain jamur Phytophthora parasitica, Phellinus spp. dan Ganoderma spp.[1][2] Pada pohon Acacia mangium busuk akar menyebabkan kematian dengan tingkat serangan antara 3,2-28,2% sedangkan pada selada busuk akar dapat menurunkan hasil sampai dengan 70%.[3][2][4]
Gejala dan jenis
Tanaman yang terkena busuk akar biasanya kecil karena pertumbuhan terhambat.[5] Tanaman kurang kokoh, dan ketika tanaman dicabut rambut akar akan tertinggal dan menyisakan akar utama, selain itu dapat ditemukan benang (hifa) berwarna putih dan tercium bau busuk.[5][2] Daun yang dihasilkan sedikit atau kecil, dibandingkan dengan tanaman sehat dengan usia sama.[5] Pembungaan dapat tertunda ketika akar membusuk sehingga kualitas tanaman tidak seragam.[5] Terdapat banyak jamur penyebab busuk akar, biasanya nama penyakit mengikuti nama jamur penyebabnya, nama penyakit tersebut antara lain:[5]
Busuk akar merah
Busuk akar merah disebabkan oleh patogen jamur dengan famili Basidiomycetes yaitu Ganoderma spp. yang menyerang Acacia mangium.[2] Jamur ini umum dijumpai di daerah tropis dan menyerang tanaman perkebunan seperti karet dan kelapa sawit. [2] Identifikasi tanda-tanda jamur Ganoderma dapat dilakukan dengan mengamati morfologinya seperti bentuk dan warna tubuh buah serta bentuk dan warna miselium. [2] Selain itu pengenalan jenis jamur juga dapat dilakukan secara molekuler dengan menggunakan penanda DNA.[2]
Busuk akar Phytophthora
Penyakit busuk akar phytophthora disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora, dengan gejala awal serangan tanaman terlihat layu dan terjadi penguningan pada daun muda, tanaman tampak seperti mengalami cekaman air, klorosis dan pertumbuhannya terganggu.[6] Daun yang baru muncul lebih kecil dan berwarna hijau terang sampai kuning.[6] Jaringan akar yang terserang menjadi lunak dan berubah warna menjadi coklat gelap.[6] Busuk akar yang disebabkan oleh Phytophthora dapat menyerang berbagai jenis tanaman antara lain; durian, selada, dan kacang hijau.[6][7][8]
Deteksi
Banyak jamur yang dapat menyebabkan busuk akar, mendeteksi jamur yang menjadi patogen dapat dilakukan dengan mengobservasi struktur dari jamur menggunakan mikroskop ataupun menumbuhkan jamur pada media buatan.[5] Ketika parameter morfologi untuk mendeteksi penyebab penyakit tidak tersedia dapat dilakukan secara molekuler menggunakan metode PCR.[2] Pemastian jamur dilakukan secara spesifik, data genetik dari jenis jamur diklon dan disekuensing.[2] Informasi sekuensing ini digunakan untuk mendesain spesifik primer untuk jenis jamur tersebut.[2] Proses metode PCR ini meliputi proses ekstrasksi DNA jamur dengan menggunakan metode Raeder dan Broda.[2][9]

Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang menghisap cairan daun,berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel – sel dan jaringan daun. Eksresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna
hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal.Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain : Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Red-shape DNA Virus.

Tanaman Inang Lain
Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah – buahan maupun tumbuhan liar atau gulma. Tanaman inang utama kutu kebul sekitar 67
famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicaceae, Cucurbitaceae, Solanaceae, dll). Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain kentang, kubis, tomat, mentimun, terung, buncis, selada, bunga potong, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada, mangga, dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides).

Morfologi/Bioekologi
Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2 – 0,3 mm, yang biasanya diletakkan dipermukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk) . Serangga betina lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mozaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata – rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Betina umumnya mampu menghasilkan telur sekitar 160 butir dan akan menetas antara 5 – 9 hari tergantung inang spesies, temperatur dan kelembaban udara. Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke-1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke-2 dan ke-3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada daun. Lama stadium nimfa rata – rata 9,2 hari. Imago tubuhnya berukuran kecil antara 1 – 1,5 mm, berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung . Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. Lama siklus hidup (telur – nimfa – imago) kutu kebul pada tanaman sehat rata – rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.

Pencaran
Di dunia hama ini telah ada di benua Asia, Afrika, Eropa, Oceania dan Amerika. Di Indonesiahamaini di
laporkan terdapat di seluruh pulau antara lain Sumatera, Jawa, Bali, NTB. NTT Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Pengendalian
a.Kulturteknis
- Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung, tagetes, orok – orok dan kacang panjang sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati,
- Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, dan Cucurbitaceae seperti mentimun). Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin,
- Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus,
- Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk mengurangi risiko serangan,
- Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.

b.Fisik/Mekanik
- Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha),
- Pemasangan kelambu di pembibitan dan tanaman barrier dilapangan ,
- Sisa tanaman yang terserang dikumpulkan dan dimusnahkan.

c.Biologi
- Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid Encarcia formosa, Eretmocerus corni, predator Coccinella septempunctate, Coenosia attenuate, Delphastus pusillus, Deracocoripallens, Euscius hibisci, Fransklinothrips vespiformis, Scymus syriacus, dan patogen serangga seperti: Entomophthora, Eretmocerus, Paecilomyces
farinorus, Beauveria bassiana, Bacillus thuringiensis, Metarhizium anisopliae, Verticillum sp.
- Penggunaan pestisida nabati Nimba, Tagetes, Eceng Gondok, atau Rumput Laut.

d.Kimiawi
- Jika saat pengamatan ditemukan 7 ekor kutu daun /10 tanaman contoh atau persentase kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh dianjurkan menggunakan pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif seperti diafentiuron, dan tiametoksam

perwatan
Penyiangan
Selada sudah harus disiangi ketika berumur 2 minggu. Hal ini disebabkan karena akar selada yang menancap di tanah dangkal, sehingga tidak mampu untuk bersaing dengan tanaman lain utamanya rumput-rumput liar dalam menyerap hara. Fungsi lain dari penyiangan adalah untuk menekan serangan hama/penyakit. Penyiangan dilakukan dengan Interval satu minggu sekali.
Pengairan
Karena tanaman selada butuh air yang cukup, maka pengairan juga harus mendapat perhatian, utamanya di daerah dataran rendah yang suhu udaranya lebih panas serta sering kekurangan air. Kebutuhan air wajib dipenuhi pada masa awal penanaman, disaat tanaman berumur 2 minggu, atau saat penyiangan pertama, juga pada waktu tanaman berumur satu bulan.
Penyiraman
Penyiraman bisa dilakukan dengan langsung menyiramkan air ke bagian batang dan daun tanaman, bisa juga dengan mengalirkan air melalui parit-parit pengairan di kanan-kiri lahan penanaman. Perhatikan kondisi parit pengairan, agar senantiasa dapat melewatkan kelebihan air di saat turun hujan lebat. Jangan sampai ada air yang tergenang cukup lama di sekitar tanaman, karena akan merusak perakaran dan menyebabkan tanaman menjadi roboh. 

·  Pemupukan.

a. Pupuk dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (2–5) ton pupuk kandang + 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl + (100–200) kg ABG-Bios + (10-20) kg campuran media semai dan ABG-BIO yang telah diaktifkan (seperti tersebut di atas). Sebarkan campuran pupuk ini pada bedengan atau diberikan dalam lubang tanam sekitar (1–3) hari sebelum tanam. Selanjutnya dilakukan penutupan dengan mulsa plastik, dan pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam di atas. Penanaman bibit dilakukan (1–3) hari setelah pemasangan mulsa.
Pupuk susulan. Pupuk susulan sebaiknya diberikan dalam bentuk larutan. Pemberian dilakukan dengan sistem cor, mulai 20 HST, yaitu larutkan 1 kg Urea + 1 kg SP-36 (harus ditumbuk dulu) + 1 kg KCl, atau gunakan 2 kg pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + (1–2) kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-D, dalam 100 liter air (aduk secara merata). Selanjutnya siramkan sekitar 200 cc/tanaman (satu gelas aqua) pada perakaran tanaman setiap interval (7–10) hari.
Pupuk ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2–3) cc/liter air, dilakukan pada 20 HST, 30 HST, 40 HST, 50 HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Untuk mencegah penyakit bengkak akar dan merangsang pertumbuhan akar, berikan ABG-BIO setiap 2 minggu. Caranya: Larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-B, dalam 50 liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2-4) jam. Kemudian siramkan sebanyak (25–50) cc/tanaman pada perakaran tanaman
3.2. Budidaya konvensional (tanpa mulsa).
Pupuk dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (2–5) ton pupuk kandang + (150-200) kg ABG-Bios + (10-20) kg campuran media semai dan ABG-BIO yang telah diaktifkan (seperti tersebut di atas) + 100 kg Urea + 25 kg SP-36 + 50 kg KCl. Pupuk ditempatkan dalam lubang tugal dengan kedalaman 5 cm, berjarak sekitar 10 cm dari tanaman sekitar (1–3) hari sebelum tanam.
Pupuk Susulan. Pupuk susulan dengan menggunakan campuran 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 100 kg KCl + 100 kg ABG-Bios, diberikan pada 20 HST, atau campuran 200 kg pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + (100–200) kg ABG-Bios. Pupuk ditempatkan di sekeliling tanaman dan selanjutnya dilakukan pembumbunan.
Pupuk ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan pada 10 HST, 20 HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Untuk mencegah penyakit bengkak akar berikan ABG-BIO setiap 2 minggu. Caranya: Larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios, dalam 50 liter air, aduk secara merata, dan biarkan sekitar (2-4) jam. Kemudian siramkan sebanyak (25–50) cc/tanaman pada perakaran tanaman.

Panen dan Pasca Panen
Menurut Simpson dan Straus(2010) panen adalah mengumpulkan bagian tanaman yang ditujukan untuk kepentingan komersial. Masing-masing tanaman memiliki kriteria tersendiri dalam hal panen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan panen adalah keadaan tanaman yang berupa tingkat kematangan dan juga waktu panen. Tanaman selada merupakan sayuran yang dikonsumsi karena kelembutan, kerenyahan dann karakteristiknya yang berair (Denisen, 1979), oleh sebab itu pemanenan selada harus dilakukan pada waktu yang tepat, tidak terlalu awal karena akan menghasilkan hasil yang rendah, dan apabila dipanen terlambat dapat mengakibatkan kualitas hasil panen menurun. Namun demikian, penentuan waktu panen untuk tanaman selada sangat bergantung pada kultivarnya. Masing-maasing varietas memiliki waktu panen dan tingkat kemasakan yang berbeda, sehingga pemanenan selada kadang-kadang sangat subyektif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Grubben dan Sukprakarn (1994) menyatakan bahwa pada penanaman selada secara konvensional, selada biasanya dipanen pada umur 30-50 hari setelah semai dan menghasilkan hasil 3-8ton/ha, sedangkan menurut Resh (2004), potensi hasil untuk selada yang dibudidayakan dengan media tanpa tanah (soiless) sebesar 9 000 lb (4 082 kg) per acre, atau sekitar 10 ton/ha. Bautista dan Cadiz (1986) menyatakan bahwa kriteria panen untuk selada adalah ukuran sudah cukup besar namun sebelum berbunga, kecuali jika memang diinginkan untuk berbunga.
Menurut Pantastico et al.(1986) pemanenan selada dimulai segera setelah tanaman mencapai ukuran dan ketegaran yang diinginkan. Pemanenan harus sudah dilakukan sebelum daun menjadi kaku dan terasa pahit. Penanganan pasca panen adalah tahap dari produksi tanaman yang dilakukan sesaat setelah panen. Kegiatan pasca panen meliiputi kegiatan pendinginan, pembersihan, sortasi dan grading (Simpson dan Straus, 2010). Sebuah survey yang dilakukan oleh Bautista dan Cadiz pada tahun 1986 menunjukkan bahwa terjadi kehilangan hasil 22% sampai 70% sayuran akibat penanganan yang tidak baik, ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, seperti: busuk, lewat matang, kerusakan mekanik, susut bobot, pemotongan, bertunas dan pencoklatan. Preece dan Read (2005)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan kualitas selada dapat dilihat dari turgiditas, warna, kemasakan (firmness), perlakuan perompesan (jumlah daun terluar), bebas dari
tip burndan kerusakan fisiologis, bebas dari kerusakan mekanis, cacat dan juga busuk.
Bautista dan Cadiz (1986) menyatakan bahwa dalam praktik pasca panen, tidak
ditemukan adanya perlakuan yang dapat meningkatkan kualitas pasca panen suatu
produk, yang dapat dilakukan adalah hanya menjaga kualitas produk tersebu


SUMBER:

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text Widget

Pages