Selada
?Selada
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Selada
(Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah
beriklim sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama
adalah sebagai salad. Produksi selada dunia diperkirakan
sekitar 3 juta ton,yang ditanam pada lebih dari 300.000 ha lahan.
Asal
dan domestikasi
Lactuca
sativa, satu-satunya jenis Lactuca yang didomestikasi, merupakan tumbuhan asli
lembah dari bagian timur Laut Tengah. Bukti lukisan pada pemakaman Mesir kuno
menunjukkan bahwa selada yang tidak membentuk "kepala" telah ditanam
sejak 4500 SM. Awalnya, tanaman ini mungkn digunakan sebagai obat, dan untuk
minyak-bijinya yang dapat dimakan. Beberapa ras lokal selada, diketahui
digunakan untuk diambil minyak-bijinya. Tipe selada liar sering memiliki daun
dan batang yang berduri, tidak membentuk kepala dan daunnya berasa pahit, serta
mengandung banyak getah.
Pemuliaan
tanaman ini mungkin ditekankan untuk memperoleh tanaman yang tidak berduri,
lambat berbunga, berbiji besar dan tidak menyebar, tidak bergetah, dan tidak
pahit. Aspek lain meliputi tunas liar lebih sedikit, daun lebar dan besar, dan
membentuk kepala. Selada yang membentuk kepala adalah tanaman yang
dibudidayakan agak lebih kini, yang pertama kali dinamakan sebagai "selada
kubis" pada tahun 1543.
Kelompok
budidaya
Ada
empat kelompok budidaya
selada:
capitata,
selada kepala renyah (crisphead, iceberg) dan kepala mentega (butterhead)
longifolia, selada cos (romaine)
crispa,
selada daun longgar
asparagina, selada batang
Selada
kepala renyah
Setelah
perkembangan roset awal, daun selanjutnya mulai tumbuh bertumpang-tindih, dan
akhirnya memerangkap daun yang baru terbentuk. Terus berkembangnya daun yang
terperangkap meningkatkan kepadatan kepala; kepala biasanya berbentuk hampir
bulat. Kepala dapat menjadi sangat keras, dan dengan makin besar, kepala ini
dapat pecah. Daun yang terlalu matang menjadi berasa pahit. Daun-daun bagian
dalam yang terlipat ketat menjadi kasar(rugose), getas dan renyah. Daun terluar
biasanya berwarna hijau tua, makin ke dalam warnanya makin muda. Ketika
dipanen, tanaman di lapangan biasanya berbobot antara 700 dan 1000 g. Selada
produksi rumah kaca umumnya jauh lebih kecil. Daya simpan dan keterangkutan
yang baik adalah sifat penting yang dimiliki selada kepala renyah
Selada
kepala mentega
Kultivar
kepala mentega, kadang-kadang disebut selada kubis, lebih banyak ditanam.
Kultivar ini lebih disukai konsumen karena aroma dan daunnya yang lembut.
Tanaman kultivar ini lebih kecil, agak lebih gepeng dan menghasilkan kepala
yang kurang padat ketimbang tipe kepala renyah. Daunnya lebar, berlipat dan
lembut, dengan tekstur berminyak lunak. Ada dua tipe utama kultivar ini yang diproduksi,
yaitu tipe hari-netral dengan kepala yang agak padat dan tipe hari-pendek,
menghasilkan kepala kecil dan kurang padat,dan umumnya ditanam dalam naungan
pelindung. Kedua tipe ini mudah tergores sehingga karakteristik keterangkutan
dan daya simpannya tidak baik. Kultivar tipe Batavia memilki sifat pertengahan
antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega. Kultivar ini ditanam baik di
lapangan maupun dalam bangunan pelindung.
Selada
cos
Kultivar
cos,juga disebut sebagai romaine, memiliki daun memanjang, kasar, dan
bertekstur renyah, dengan tulang daun tengah lebar dan jelas. Daun panjangnya
yang agak sempit cenderung tumbuh tegak dan secara longgar bertumpang-tindih
satu sama lain, serta tidak membentuk kepala. Sifat pascapanennya sama dengan
tipe kepala renyah.
Selada
daun longgar
Kultivar
daun longgar sangat beragam ukuran, sembir, warna, dan tekstur daunnya. Setiap
kultivar memiliki daun yang berkembang dalam kelompok roset yang ketat.
Sebagian memiliki daun lembut dan renyah, sebagian berdaun halus, sementara
yang lainnya di antara keduanya. Penanganan pascapanen selada jenis ini harus
lebih hati-hati karena kelembutan daunnya, umur simpannya agak pendek, walaupun
lebih baik daripada tipe kepala mentega, bahkan dengan pendinginan dan
penanganan yang baik sekalipun.
Nilai
gizi dan manfaat
Selada
mempunyai kandungan mineral, termasuk iodium, fosfor, besi,
tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan, dan potasium, sehingga selada mempunyai khasiat
terbaik dalam menjaga keseimbangan tubuh. Kulit luar yang hijau adalah yang
paling baik. Dimasak perlahan-lahan selama 15 menit merupakan obat penderita
insomnia.
Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat
berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara
15-25°C. Jenis tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung
berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada
masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan
dan pupuk organik yang memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral. Jika
tanah asam, daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam
sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman.
Pencegahan penyakit dan persemaian.
Penyakit utama penyebab kegagalan panen pada tanaman selada adalah bengkak akar. Untuk mencegah atau mengendalikan penyakit tersebut dapat dilakukan sejak dini, yaitu dengan menggunakan ABG-BIO (pengendalian secara biologis) pada persemaian. Caranya: Aktifkan (1–2) bungkus ABG-BIO dengan (10–20) kg media semai (tanah dan pupuk kandang, dengan perbandingan 3:1 sampai 1:1), kemudian siram dengan air hingga lembab, simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2-3) hari, kemudian sebar secara merata bersamaan dengan pupuk dasar. Atau larutkan 1 bungkus ABG-BIO + 0,5 kg dedak + 2 tutup ABG-D, dalam 10 liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2–4) jam. Kemudian siramkan pada media persemaian sekitar (1–2) hari sebelum penebaran benih. Untuk mengurangi kematian dan menghindari stress, benih sebaiknya disemaikan dalam kokeran dari daun pisang berisi sekitar (50–75) gram media tanam. Pindah tanam dilakukan setelah bibit berumur sekitar 30 hari, ditanam 1 bibit/lubang tanam.
Penyakit utama penyebab kegagalan panen pada tanaman selada adalah bengkak akar. Untuk mencegah atau mengendalikan penyakit tersebut dapat dilakukan sejak dini, yaitu dengan menggunakan ABG-BIO (pengendalian secara biologis) pada persemaian. Caranya: Aktifkan (1–2) bungkus ABG-BIO dengan (10–20) kg media semai (tanah dan pupuk kandang, dengan perbandingan 3:1 sampai 1:1), kemudian siram dengan air hingga lembab, simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2-3) hari, kemudian sebar secara merata bersamaan dengan pupuk dasar. Atau larutkan 1 bungkus ABG-BIO + 0,5 kg dedak + 2 tutup ABG-D, dalam 10 liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2–4) jam. Kemudian siramkan pada media persemaian sekitar (1–2) hari sebelum penebaran benih. Untuk mengurangi kematian dan menghindari stress, benih sebaiknya disemaikan dalam kokeran dari daun pisang berisi sekitar (50–75) gram media tanam. Pindah tanam dilakukan setelah bibit berumur sekitar 30 hari, ditanam 1 bibit/lubang tanam.
Benih Selada diperbanyak dengan biji. Bijinya yang kecil
diperoleh dari tanaman yang dibiarkan berbunga dan bertiuah. Setelah tua
tanaman dipetik dan diambil bijinya. Namun, sekarang benih selada banyak dijual
di toko pertanian. Khusus untuk benih selada hibrida lebih baik dibeli di toko.
Hal ini bertujuan agar produksi dan mutu produksinya tetap prima. Untuk satu
hektar lahan dibutuhkan sekitar 250 g benih. Umumnya benih selada disemai
terlebih dahulu: Penanaman langsung dapat saja dilakukan, namun lebih baik
kalau disemaikan lebih dahulu. Penyemaian dapat dilakukan di dalam kotak
ataupun di lahan. Bila di lahan lakukan pengolahan tanah hingga gembur.
Tambahkan pasir dan pupuk kandang. Taburkan bibit secara merata. Lalu tutupi
dengan lapisan tanah tipis-tipis. Setelah berumur sekitar 3 minggu bibit siap
dipindahkan ke lahan. Penanaman Tanah yang hendak ditanami diolah dahulu. Tanah
dicangkul sedalam 20 cm. Balu-batu kecil maupun besar dikeluarkan dari lahan.
tanah yang mengeras atau berbungkah dihaluskan. Ini penting karena perakaran
tanaman selada yang kecil dan dangkal sulit menembus lapisan tanah yang keras.
Selada ditanam dalam bedengan-bedengan. Lebar bedengan 1-1,2 m dengan tinggi
permukaan tanah sekitar 20 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan
kondisi lahan. Antarbedengan dibuat parit kecil tempat
mengatur kelebihan atau kekurangan air. Sedang jarak tanam yang digunakan
adalah 20 x 25 cm.
Pemeliharaan Ketika tanaman berumur 2 minggu sudah harus
dilakukan penyiangan. Hal ini karena perakaran selada dangkal sehingga kurang
mampu bersaing dengan tanaman lain dalam menyerap hara. Penyiangan juga
berfungsi untuk menekan serangan hama-penyakit. Interval pengerjaannya adalah
seminggu sekali. Pengairan pada tanaman selada patut mendapat perhatian.
Apalagi di dataran rendah di mana udara lebih panas dan sering kekurangan air.
Kebutuhan air mutlak dipenuhi pada awal pcnanaman, saat penyiangan pertama
(umur 2 minggu), dan ketika tanaman berumur sebulan. Bila hujan tidak turun,
lakukan penyiraman dengan gcmbor atau melewatkan air melalui parit pengairan.
Jaga pula agar parit pengairan mampu melewatkan kelebihan air di saat turun
hujan lebat. Pemupukan Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman selada adalah 10
ton/ha. Pupuk ini dicampurkan di permukaan areal tanam. Selain pvpuk kandang,
tambahkan juga pupuk kimia terutama Urea. Dosis yang dibcrikan ialah Urea 200
kg, TSP 100 kg, dan KCI 100 kg ger hektar. Pupuk diberikan dalam aluran di
kiri-kanan tanaman. Pemberiannya dilakukan saat penanaman.
Busuk akar
Busuk
akar adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh patogen jamur
yang menyerang bagian akar sehingga akar-akar tanaman membusuk.[1] Gejala penyakit busuk akar adalah
menguningnya daun, sampai kelayuan yang diikuti kematian
mendadak.[1] Penyebaran busuk akar dapat
melalui penyiraman dengan air yang membawa patogen.[1] Patogen penyebab busuk akar
antara lain jamur Phytophthora parasitica, Phellinus spp. dan Ganoderma
spp.[1][2] Pada pohon Acacia mangium busuk akar menyebabkan
kematian dengan tingkat serangan antara 3,2-28,2% sedangkan pada selada busuk
akar dapat menurunkan hasil sampai dengan 70%.[3][2][4]
Gejala
dan jenis
Tanaman
yang terkena busuk akar biasanya kecil karena pertumbuhan terhambat.[5] Tanaman kurang kokoh, dan ketika
tanaman dicabut rambut akar akan tertinggal dan menyisakan akar utama, selain
itu dapat ditemukan benang (hifa) berwarna putih dan
tercium bau busuk.[5][2] Daun yang dihasilkan sedikit atau
kecil, dibandingkan dengan tanaman sehat dengan usia sama.[5] Pembungaan dapat tertunda ketika
akar membusuk sehingga kualitas tanaman tidak seragam.[5] Terdapat banyak jamur penyebab
busuk akar, biasanya nama penyakit mengikuti nama jamur penyebabnya, nama
penyakit tersebut antara lain:[5]
Busuk
akar merah
Busuk
akar merah disebabkan oleh patogen jamur dengan famili Basidiomycetes yaitu Ganoderma spp. yang menyerang Acacia mangium.[2] Jamur ini umum dijumpai di daerah
tropis dan menyerang tanaman perkebunan seperti karet
dan kelapa sawit. [2] Identifikasi tanda-tanda jamur
Ganoderma dapat dilakukan dengan mengamati morfologinya seperti bentuk dan
warna tubuh buah serta bentuk dan warna miselium. [2] Selain itu pengenalan jenis jamur
juga dapat dilakukan secara molekuler dengan menggunakan penanda DNA.[2]
Busuk
akar Phytophthora
Penyakit
busuk akar phytophthora disebabkan oleh cendawan Phytophthora
palmivora, dengan gejala awal serangan tanaman terlihat layu dan
terjadi penguningan pada daun muda, tanaman tampak seperti mengalami cekaman
air, klorosis dan pertumbuhannya terganggu.[6] Daun yang baru muncul lebih kecil
dan berwarna hijau terang sampai kuning.[6] Jaringan akar yang terserang
menjadi lunak dan berubah warna menjadi coklat gelap.[6] Busuk akar yang disebabkan oleh
Phytophthora dapat menyerang berbagai jenis tanaman antara lain; durian, selada, dan kacang hijau.[6][7][8]
Deteksi
Banyak
jamur yang dapat menyebabkan busuk akar, mendeteksi jamur yang menjadi patogen
dapat dilakukan dengan mengobservasi struktur dari jamur menggunakan mikroskop
ataupun menumbuhkan jamur pada media buatan.[5] Ketika parameter morfologi untuk
mendeteksi penyebab penyakit tidak tersedia dapat dilakukan secara molekuler
menggunakan metode PCR.[2] Pemastian jamur dilakukan secara
spesifik, data genetik dari jenis jamur diklon dan disekuensing.[2] Informasi sekuensing ini
digunakan untuk mendesain spesifik primer untuk jenis jamur tersebut.[2] Proses metode PCR ini meliputi
proses ekstrasksi DNA jamur dengan menggunakan metode Raeder
dan Broda.[2][9]
Kutu
Kebul (Bemisia tabaci)
Kerusakan
langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang menghisap cairan
daun,berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel – sel dan
jaringan daun. Eksresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang
baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna
hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal.Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain : Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Red-shape DNA Virus.
hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal.Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain : Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Red-shape DNA Virus.
Tanaman Inang Lain
Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah – buahan maupun tumbuhan liar atau gulma. Tanaman inang utama kutu kebul sekitar 67
famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicaceae, Cucurbitaceae, Solanaceae, dll). Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain kentang, kubis, tomat, mentimun, terung, buncis, selada, bunga potong, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada, mangga, dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides).
Morfologi/Bioekologi
Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2 – 0,3 mm, yang biasanya diletakkan dipermukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk) . Serangga betina lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mozaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata – rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Betina umumnya mampu menghasilkan telur sekitar 160 butir dan akan menetas antara 5 – 9 hari tergantung inang spesies, temperatur dan kelembaban udara. Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke-1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke-2 dan ke-3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada daun. Lama stadium nimfa rata – rata 9,2 hari. Imago tubuhnya berukuran kecil antara 1 – 1,5 mm, berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung . Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. Lama siklus hidup (telur – nimfa – imago) kutu kebul pada tanaman sehat rata – rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.
Pencaran
Di dunia hama ini telah ada di benua Asia, Afrika, Eropa, Oceania dan Amerika. Di Indonesiahamaini di
laporkan terdapat di seluruh pulau antara lain Sumatera, Jawa, Bali, NTB. NTT Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.
Di dunia hama ini telah ada di benua Asia, Afrika, Eropa, Oceania dan Amerika. Di Indonesiahamaini di
laporkan terdapat di seluruh pulau antara lain Sumatera, Jawa, Bali, NTB. NTT Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.
Pengendalian
a.Kulturteknis
- Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung, tagetes, orok – orok dan kacang panjang sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati,
- Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, dan Cucurbitaceae seperti mentimun). Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin,
- Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus,
-
Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk
mengurangi risiko serangan,
- Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.
- Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.
b.Fisik/Mekanik
- Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha),
- Pemasangan kelambu di pembibitan dan tanaman barrier dilapangan ,
- Sisa tanaman yang terserang dikumpulkan dan dimusnahkan.
c.Biologi
- Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid Encarcia formosa, Eretmocerus corni, predator Coccinella septempunctate, Coenosia attenuate, Delphastus pusillus, Deracocoripallens, Euscius hibisci, Fransklinothrips vespiformis, Scymus syriacus, dan patogen serangga seperti: Entomophthora, Eretmocerus, Paecilomyces
farinorus, Beauveria bassiana, Bacillus thuringiensis, Metarhizium anisopliae, Verticillum sp.
-
Penggunaan pestisida nabati Nimba, Tagetes, Eceng Gondok, atau Rumput Laut.
d.Kimiawi
- Jika saat pengamatan ditemukan 7 ekor kutu daun /10 tanaman contoh atau persentase kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh dianjurkan menggunakan pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif seperti diafentiuron, dan tiametoksam
perwatan
Penyiangan
Selada sudah harus disiangi ketika berumur 2 minggu. Hal ini disebabkan karena akar selada yang menancap di tanah dangkal, sehingga tidak mampu untuk bersaing dengan tanaman lain utamanya rumput-rumput liar dalam menyerap hara. Fungsi lain dari penyiangan adalah untuk menekan serangan hama/penyakit. Penyiangan dilakukan dengan Interval satu minggu sekali.
Selada sudah harus disiangi ketika berumur 2 minggu. Hal ini disebabkan karena akar selada yang menancap di tanah dangkal, sehingga tidak mampu untuk bersaing dengan tanaman lain utamanya rumput-rumput liar dalam menyerap hara. Fungsi lain dari penyiangan adalah untuk menekan serangan hama/penyakit. Penyiangan dilakukan dengan Interval satu minggu sekali.
Pengairan
Karena tanaman selada butuh air yang cukup, maka pengairan juga harus mendapat perhatian, utamanya di daerah dataran rendah yang suhu udaranya lebih panas serta sering kekurangan air. Kebutuhan air wajib dipenuhi pada masa awal penanaman, disaat tanaman berumur 2 minggu, atau saat penyiangan pertama, juga pada waktu tanaman berumur satu bulan.
Karena tanaman selada butuh air yang cukup, maka pengairan juga harus mendapat perhatian, utamanya di daerah dataran rendah yang suhu udaranya lebih panas serta sering kekurangan air. Kebutuhan air wajib dipenuhi pada masa awal penanaman, disaat tanaman berumur 2 minggu, atau saat penyiangan pertama, juga pada waktu tanaman berumur satu bulan.
Penyiraman
Penyiraman bisa dilakukan dengan langsung menyiramkan air ke bagian batang dan daun tanaman, bisa juga dengan mengalirkan air melalui parit-parit pengairan di kanan-kiri lahan penanaman. Perhatikan kondisi parit pengairan, agar senantiasa dapat melewatkan kelebihan air di saat turun hujan lebat. Jangan sampai ada air yang tergenang cukup lama di sekitar tanaman, karena akan merusak perakaran dan menyebabkan tanaman menjadi roboh.
Penyiraman bisa dilakukan dengan langsung menyiramkan air ke bagian batang dan daun tanaman, bisa juga dengan mengalirkan air melalui parit-parit pengairan di kanan-kiri lahan penanaman. Perhatikan kondisi parit pengairan, agar senantiasa dapat melewatkan kelebihan air di saat turun hujan lebat. Jangan sampai ada air yang tergenang cukup lama di sekitar tanaman, karena akan merusak perakaran dan menyebabkan tanaman menjadi roboh.
· Pemupukan.
a.
Pupuk dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran
(2–5) ton pupuk kandang + 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl + (100–200) kg
ABG-Bios + (10-20) kg campuran media semai dan ABG-BIO yang telah diaktifkan
(seperti tersebut di atas). Sebarkan campuran pupuk ini pada bedengan atau
diberikan dalam lubang tanam sekitar (1–3) hari sebelum tanam. Selanjutnya
dilakukan penutupan dengan mulsa plastik, dan pembuatan lubang tanam sesuai
dengan jarak tanam di atas. Penanaman bibit dilakukan (1–3) hari setelah
pemasangan mulsa.
Pupuk
susulan. Pupuk susulan sebaiknya diberikan dalam bentuk larutan. Pemberian
dilakukan dengan sistem cor, mulai 20 HST, yaitu larutkan 1 kg Urea + 1 kg
SP-36 (harus ditumbuk dulu) + 1 kg KCl, atau gunakan 2 kg pupuk majemuk NPK
(dengan formula 12-12-17) + (1–2) kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-D, dalam 100
liter air (aduk secara merata). Selanjutnya siramkan sekitar 200 cc/tanaman
(satu gelas aqua) pada perakaran tanaman setiap interval (7–10) hari.
Pupuk
ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2–3) cc/liter air, dilakukan
pada 20 HST, 30 HST, 40 HST, 50 HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman
secara merata. Untuk mencegah penyakit bengkak akar dan merangsang pertumbuhan
akar, berikan ABG-BIO setiap 2 minggu. Caranya: Larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO
+ 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-B, dalam 50 liter air, aduk
secara merata, dan biarkan selama (2-4) jam. Kemudian siramkan sebanyak (25–50)
cc/tanaman pada perakaran tanaman
3.2.
Budidaya konvensional (tanpa mulsa).
Pupuk
dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (2–5) ton
pupuk kandang + (150-200) kg ABG-Bios + (10-20) kg campuran media semai dan
ABG-BIO yang telah diaktifkan (seperti tersebut di atas) + 100 kg Urea + 25 kg
SP-36 + 50 kg KCl. Pupuk ditempatkan dalam lubang tugal dengan kedalaman 5 cm,
berjarak sekitar 10 cm dari tanaman sekitar (1–3) hari sebelum tanam.
Pupuk
Susulan. Pupuk susulan dengan menggunakan campuran 100 kg Urea + 50 kg SP-36 +
100 kg KCl + 100 kg ABG-Bios, diberikan pada 20 HST, atau campuran 200 kg pupuk
majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + (100–200) kg ABG-Bios. Pupuk
ditempatkan di sekeliling tanaman dan selanjutnya dilakukan pembumbunan.
Pupuk
ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan
pada 10 HST, 20 HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Untuk
mencegah penyakit bengkak akar berikan ABG-BIO setiap 2 minggu. Caranya:
Larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios, dalam 50 liter
air, aduk secara merata, dan biarkan sekitar (2-4) jam. Kemudian siramkan
sebanyak (25–50) cc/tanaman pada perakaran tanaman.
Panen dan Pasca
Panen
Menurut Simpson dan
Straus(2010) panen adalah mengumpulkan bagian tanaman yang ditujukan untuk
kepentingan komersial. Masing-masing tanaman memiliki kriteria tersendiri dalam
hal panen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan panen adalah keadaan
tanaman yang berupa tingkat kematangan dan juga waktu panen. Tanaman selada
merupakan sayuran yang dikonsumsi karena kelembutan, kerenyahan dann
karakteristiknya yang berair (Denisen, 1979), oleh sebab itu pemanenan selada
harus dilakukan pada waktu yang tepat, tidak terlalu awal karena akan menghasilkan
hasil yang rendah, dan apabila dipanen terlambat dapat mengakibatkan kualitas
hasil panen menurun. Namun demikian, penentuan waktu panen untuk tanaman selada
sangat bergantung pada kultivarnya. Masing-maasing varietas memiliki waktu
panen dan tingkat kemasakan yang berbeda, sehingga pemanenan selada
kadang-kadang sangat subyektif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Grubben dan
Sukprakarn (1994) menyatakan bahwa pada penanaman selada secara konvensional,
selada biasanya dipanen pada umur 30-50 hari setelah semai dan menghasilkan
hasil 3-8ton/ha, sedangkan menurut Resh (2004), potensi hasil untuk selada yang
dibudidayakan dengan media tanpa tanah (soiless) sebesar 9 000 lb (4 082 kg)
per acre, atau sekitar 10 ton/ha. Bautista dan Cadiz (1986) menyatakan bahwa
kriteria panen untuk selada adalah ukuran sudah cukup besar namun sebelum
berbunga, kecuali jika memang diinginkan untuk berbunga.
Menurut Pantastico et
al.(1986) pemanenan selada dimulai segera setelah tanaman mencapai ukuran dan
ketegaran yang diinginkan. Pemanenan harus sudah dilakukan sebelum daun menjadi
kaku dan terasa pahit. Penanganan pasca panen adalah tahap dari produksi
tanaman yang dilakukan sesaat setelah panen. Kegiatan pasca panen meliiputi
kegiatan pendinginan, pembersihan, sortasi dan grading (Simpson dan Straus,
2010). Sebuah survey yang dilakukan oleh Bautista dan Cadiz pada tahun 1986 menunjukkan
bahwa terjadi kehilangan hasil 22% sampai 70% sayuran akibat penanganan yang
tidak baik, ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, seperti: busuk, lewat
matang, kerusakan mekanik, susut bobot, pemotongan, bertunas dan pencoklatan.
Preece dan Read (2005)
menyatakan bahwa
faktor-faktor yang menentukan kualitas selada dapat dilihat dari turgiditas,
warna, kemasakan (firmness), perlakuan perompesan (jumlah daun terluar), bebas
dari
tip burndan kerusakan
fisiologis, bebas dari kerusakan mekanis, cacat dan juga busuk.
Bautista dan Cadiz
(1986) menyatakan bahwa dalam praktik pasca panen, tidak
ditemukan adanya
perlakuan yang dapat meningkatkan kualitas pasca panen suatu
produk, yang dapat
dilakukan adalah hanya menjaga kualitas produk tersebu
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar